Produk berlabel halal kini tak cuma ada di makanan.
Kosmetik, tas, sepatu, kacamata, bahkan hingga kulkas ditawarkan kepada
masyarakat dengan menjagokan label halal. Pakar pemasaran Yuswohady
memprediksi, produk-produk halal ini akan mendominasi atau menguasai pasar
Indonesia.
"Nanti akan ada proses di mana produk halal ini
mendominasi. Proses ini nantinya akan terjadi di berbagai industri, tetapi
dengan perkembangan yang berbeda-beda, ada yang cepat dan lambat," kata
Yuswohady.
Ia menyebutkan ada beberapa industri yang mulai
menggeliat dengan membawa label halal ini, di antaranya pakaian, elektronik,
properti, dan produk perbankan. Di kosmetik sendiri, terdapat produk lokal yang
menjagokan label halal dan kini mampu memimpin pasar.
"Industri-industri ini akan mengikuti proses
yang dialami Wardah. Wardah itu dalam waktu yang cepat sekali, konsumennya
menjadi besar dan shifting. Dari awalnya konsumen sekuler, terus mulai
menempatkan nilai-nilai islam itu ke dalam value, menjadi elemen yang penting
ke dalam konsumsi. Dampaknya adalah orang mencari kosmetik Islami. Karena
Wardah memposisikan diri sebagai kosmetik halal pertama di Indonesia, maka kaum
muslim yang pakai Sariayu atau Ponds dia shifting ke Wardah," jelas Yuswohady.
Faktor penyebab produk halal bakal mendominasi pasar
yakni menyesuaikan populasi di Indonesia. Pasalnya, 89% masyarakat Indonesia
adalah kaum muslim. Sehingga, kaum mayoritas tersebut menjadikan produk halal
sebagai gaya hidup, bahkan ibadah.
"Jadi saya bilangnya konsumsi itu menjadi
ibadah. Kita pakai baju itu kan konsumsi, tapi ketika bajunya itu comply atau
patuh kepada ajaran islam maka itu menjadi ibadah. Kalau kita pakai kosmetik
dan kosmetik itu patuh kepada ajaran islam, maka otomatis memakai kosmetik itu
bagian daripada ibadah. Itu yang memicu kenapa terjadi industri-industri atau
bisnis-bisnis berbasis islam yang cepat sekali 10 tahun terakhir,"
tuturnya.
Kemudian, seiring dengan semakin baiknya pendapatan
masyarakat Indonesia, maka tingkat pendidikan meninggi. Menurutnya, keunikan di
Indonesia itu menjadikan masyarakat yang berpendidikan tinggi semakin religius.
"Jadi sebenarnya Indonesia itu menarik. Dari
negara miskin, sekarang masuk ke menengah. Kalau menengah biasanya terdidik,
makin kaya makin terdidik. Indonesia itu berkebalikan dengan di luar, kita itu
makin pintar, makin terdidik itu makin religius," papar Yuswohady.
Mengintip ajaran Islam, ia membeberkan bahwa agama
tersebut mengajarkan hubungan vertikal dengan Tuhan, dan juga hubungan
horizontal antar manusia.
"Islam itu mengajarkan tidak hanya vertikal
tapi juga horizontal. Horizontal itu berkaitan dengan hal-hal hubungan manusia
ke manusia. Bagaimana kita berpakaian itu harus pakai hijab, bagaimana kita
makan, makanan yang nggak ada najis dan seterusnya," imbuh dia.
Dengan mengubah gaya berpakaian mengenakan hijab,
maka konsumen di Indonesia menyesuaikan kebutuhan hariannya yang lain juga dengan
ajaran Islami.
"Hijab ya mestinya nggak cuma kewajiban tapi
ada aspek lifestyle-nya, ada aspek untuk kita bisa tampil lebih cantik. Makanya
ada revolusi hijab, ini menuntut customer horizontal tadi, mengandung
konsekuensi maka industri hijab menggeliat. Kalau sudah pakai hijab maka agar
matching kosmetiknya juga yang identitasnya Islam atau secara islam sudah
digaransi," tandasnya.
No comments:
Post a Comment