Warga Desa Bangoan, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora
dikenal sebagai sentra nya penghasil sawo. Terdapat ribuan pohon sawo yang ditanam
warga di pekarangan dan kebun belakang rumahnya, terutama para warga Dukuh
Watugunung.
"Khusus di Dukuh Watugunung terdapat 800 pohon
yang sudah berbuah, sedangkan pohon yang muda dan bibit cangkoknya juga ada
ratusan. Jika kita ditotal ya sekitar seribu lebih. Kebetulan pada saat ini
sedang musim buahnya," ungkap dari Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Blora, yaitu Reni, dalam keterangannya tersebut.
Menurut Reni, bahwa warga Dukuh Watugunung sudah sejak
lama membudidayakan tanaman buah sawo lokal ini yang memiliki rasa dan
kualitasnya tidak kalah dengan sawo unggulan dari daerah lain.
"Sejak puluhan tahun yang lalu tanaman buah
sawo ini tumbuh sangat baik di sini, namun mulai dikenal oleh masyarakat luas
pada awal tahun 2000-an. Pada saat itu para tengkulak dari Sulang Rembang mulai
ramai berdatangan untuk membeli sawo di desa kami," jelasnya.
Berdasarkan data dari BPS tahun 2018, populasi
tanaman sawo yang sudah dapat menghasilkan ada sebanyak 3.205 pohon, yang
menyebar di Kecamatan Jiken dan Todanan. Hingga kini pada setiap musim panen,
para petani tidak susah lagi untuk menjual buah tersebut karena sudah banyak sekali
para tengkulak yang datang sendiri kesini.
"Mereka datang kesini dan mengambil sawo
sendiri di pohon dengan sistem tebas," ujarnya.
Ternyata, beberapa tahun yang lalu buah ini juga pernah
memperoleh juara di gelaran Pameran Produk Pertanian Soropadan Agro Expo tingkat
Jawa Tengah. Selain itu juga para petani juga pernah memperoleh penghargaan dari
Pelestari Sumber Daya Genetik tingkat Jawa Tengah dari Gubernur Ganjar Pranowo
pada tahun 2015,dan dapat berhasil meraih sertifikat organic dari Lembaga
Sertifikasi Organik Seloliman yang berlaku hingga tahun 2018.
Agar bisa dapat mempertahankan kualitas terbaik dari
buah sawo agar bisa tetap sama dengan induknya, para petani buah sawo di Dukuh
Watugunung Desa Bangoan ini juga melakukan pembibitan dengan cara mencangkok
tanaman.
"Dengan sistem cangkok, diharapkan buah yang
dihasilkan nantinya tidak jauh berbeda dengan induknya. Apalagi dengan sistem
cangkok ini, pohon akan lebih cepat berbuah jika dibandingkan dengan bibit
hasil biji," terangnya.
Menariknya lagi, buah yang memiliki rasa manis dan
legit ini dilirik oleh negara Amerika Serikat. Salah satu pelaku usaha yang
telah menjalin kerja sama dengan Pemda Kabupaten Blora untuk mengidentifikasi
tanaman sawo organik ini siap ekspor.
Perwakilan PT Little Green, yaitu Dewi saat ditemui,
menjelaskan bahwa dirinya memberi sampel sawo organik ini untuk dicicipi para
calon pembeli. Dan responnya yang positif terhadap sawo organik ini dan mereka berencana
akan bertandang ke Blora untuk melihat langsung bagaimana pertanaman sawo bangoan
pada Oktober mendatang.
"Kami juga sangat berharap Dinas Pertanian
maupun Kementerian Pertanian dapat mendukung rencana ekspor ini. Termasuk juga dapat
menyiapkan buah sawo yang sangat berkualitas sesuai dengan persyaratan dari negara
tujuan hingga membantu dalam memproses perpanjangan sertifikasi organiknya yang
kini telah habis masa berlakunya," ujar Dewi.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura,
Liferdi, sangat mengapresiasi sekali dengan rencana ekspor sawo organik Blora
ke negara adidaya ini.
"Hal ini merupakan kejutan yang sangat luar
biasa dan sangat membanggakan jika buah tropis organik Indonesia ini mampu
menembus pasar negara Paman Sam tersebut yang terkenal ketat itu," ungkap
Liferdi.
Pada saat ini juga dari Kementerian Pertanian akan terus
memacu peningkatan dari ekspor komoditas pertanian terutama dari buah-buahan
tropis yang masih banyak sekali disukai oleh pasar luar negeri termasuk negara Jepang,
Eropa dan Amerika Serikat. Buah-buahan tropis yang banyak diminati antara lain adalah
buah manggis, mangga, salak, buah naga, alpukat, durian dan sebagainya.
"Siapa sangka, neraca perdagangan buah durian
yang selama ini di anggap negatif, sejak tahun 2017 berbalik menjadi sangat positif,"
jelasnya.
Liferdi juga menjelaskan bahwa volume ekspor
buah-buahan tropis di Indonesia menunjukkan tren yang sangat meningkat.
Berdasarkan data dari BPS, angka ekspor buah pada tahun 2017 sebesar 41 ribu
ton senilai dengan Rp 323 miliar. Angka ini mengalami peningkatan sangat besar
yaitu 117 persen pada tahun 2018 menjadi 89 ribu ton yaitu senilai dengan Rp
882 miliar. Untuk sawo pada tahun 2018 volumenya menjadi 76 ton senilai dengan Rp
1,8 miliar.
"Dari sekian banyak komoditas buah yang
diekspor tersebut, buah sawo merupakan salah satunya walaupun masih dalam
volume yang kecil," ungkapnya.
Ekspor sawo juga perlu untuk terus didorong, dengan mengingat
bahwa buah ini merupakan salah satu buah tropis eksotis yang tidak banyak
dimiliki oleh negara .
"Kementerian Pertanian juga akan membantu
persiapan ekspornya mulai dari penyiapan kebun melalui registrasi kebun, registrasi
packing house dan perkarantinaannya. Peluang ini harus kita tangkap dan kita
manfaatkan dengan baik agar buah-buahan tropis semakin mendunia," tutup
Liferdi yang sangat optimis.
No comments:
Post a Comment